Beranda | Artikel
Ar-Radhi Billah
Jumat, 23 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Ali Musri Semjan Putra

Ar-Radhi Billah merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Faidah-Faidah Sejarah Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 6 Rabiul Awal 1442 H / 23 Oktober 2020 M.

Download juga kajian sebelumnya: Biografi Singkat Imam Ath-Thahawi

Kajian Tentang Ar-Radhi Billah

Pada kesempatan ini kita sudah sampai pada kekuasaan Ar-Radhi Billah, yang berkuasa dari tahun 322 Hijriyah sampai 329 Hijriyah, yaitu sekitar 7 tahun (yaitu 6 tahun 6 bulan 10 hari). Dimana dia berkuasa disaat berumur 25 tahun.

Dalam pembahasan yang lalu kita sudah melihat bagaimana mulai kemunduran kekuasaan Abbasiyah itu karena banyak sekali berbagai pembangkangan dari wilayah-wilayah yang begitu luas. Muncul kekuasaan-kekuasaan boneka yang hal ini sangat berpengaruh kepada situasi politik dan kondisi ekonomi saat itu.

Biografi Ar-Radhi Billah

Tentu tidak diragukan bahwa beliau adalah keturunan dari penguasa Bani Abbasiyah sebelumnya. Nama beliau adalah Abu al-Abbas Muhammad bin Al-Muqtadir Billah bin Al-Mu’tadhid Billah bin Thalhah bin Al-Mutawakkil Alallah bin Al-Mu’tashim Billah bin Harun Ar-Rasyid. Dia menjadi penguasa setelah pamannya, yaitu Al-Qahir Billah.

Setelah Al-Qahir Billah dipecat oleh para pejabat-pejabat tinggi pada kekuasaan saat itu, terutama sebagaimana kita jelaskan bahwa kekuasaan di akhir-akhir Bani Abbasiyah ini lebih banyak ditentukan oleh para Perdana Menteri, para pemegang pucuk kekuasaan atau pimpinan dari angkatan perang. Sehingga mereka seakan-akan berperan untuk memecat ataupun mengangkat khalifah.

Jadi khalifah itu hanya sebagai lambang dan tidak terlalu banyak ikut campur dalam kondisi politik. Hal ini karena kekuaatan berada di tangan para pemimpin-pemimpin angkatan perang ataupun para pejabat dari angkatan bersenjata.

Dan ibunya adalah dari keturunan bangsa Rum, namanya adalah Zhalum. Dia lahir pada tahun 297 Hijriyah. Maka oleh sebab itu bahwa pada umur 25 tahun dia sudah menjadi seorang khalifah. Meninggal pada umur 31 tahun.

Pada kekuasaan dia sangat terlihat semakin lemahnya kekuasaan tersebut karena begitu banyaknya kekuatan-kekuatan politik yang berusaha untuk memiliki pengaruh sendiri dalam kekuasaan saat itu. Tentu kita melihat kekuasaan ini tidak berjalan dengan baik.

Satu hal yang sangat mengejutkan kita adalah bahwa kondisi politik saat itu tidak terlalu berefek kepada perkembangan kehidupan dakwah Islam. Hal ini karena para ulama yang begitu banyak menyebar di berbagai daerah saat itu.

Keutamaan Ar-Radhi Billah

Ar-Radhi Billah ini memiliki banyak keutamaan. Di antaranya adalah bahwa dia khalifah terakhir yang syiirnya dibukukan. Dan juga khalifah terakhir yang mampu mengendalikan pasukan dan juga kas negara. Juga disebutkan bahwa dia adalah khalifah terakhir yang bisa menjadi imam dan khatib ketika lebaran dan khutbah setiap hari jum’at.

Dan memang pada zaman dahulu para pemimpin tidak sekedar sebagai tokoh politik, tapi juga termasuk yang memberi peranan dalam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan. Beliau juga khalifah terakhir yang memiliki jadwal khusus untuk rakyat bertemu melaporkan berbagai hal.

Beliau khalifah terakhir yang menjalankan gaji, hadiah, penyimpanan harta benda kekayaan negara sesuai dengan ketentuan-ketentuan kekhalifahan sebelumnya. Setelah itu terjadi perubahan administrasi keuangan negara. Dia juga seorang yang pintar dalam berbicara, pemurah, sangat baik dan sangat terpuji.

Di antara kata-kata hikmah yang pernah diungkapkan oleh Ar-Radhi Billah dan didengar oleh Muhammad bin Yahya As-Suli adalah: “Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang menjadi kunci-kunci kebaikan. Ada pula yang kerjanya menjadi kunci-kunci keburukan.

Orang yang Allah inginkan padanya kebaikan, maka dia akan mencari orang-orang yang baik, dan dia akan diberi jalan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghadap kepada kami lalu kami memberikan keperluannya. Dia adalah orang yang sama-sama meraih pahala dan juga suka bersyukur.

Orang yang Allah kehendaki keburukan untuknya, dia akan mencari selain kami, dan mereka akan bekerjasama dalam berbuat dosa dan kemungkaran. Semoga Allah membantu kita dalam segala kondisi.”

Kata-kata hikmah ini keluar dari lisan beliau tentu melihat adanya orang-orang yang beliau saksikan di tengah masyarakatnya atau di tengah kekuasaannya atau orang-orang di sekitar beliau. Ada di sana orang-orang yang mengajukan pemikiran-pemikiran yang membangun, pemikiran-pemikiran yang membawa pencerahan bagi masyarakat, baik untuk agama, ekonomi, politik dan seterusnya. Maka beliau melihat adanya dua tipe manusia ini.

Ketika beliau menjelaskan ini, tentu kita teringat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu doa agar Allah menjadikan kita sebagai orang yang selalu membuka pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu-pintu keburukan. Jangan sampai kita menjadi orang yang membuka pintu keburukan dan menutup pintu-pintu kebaikan.

Bagaimana penjelasan selengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Untuk mp3 kajian  yang lain silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49279-ar-radhi-billah/